Froud Triangle : Segitiga Kecurangan Dalam Bisnis

Froud Triangle : Segitiga Kecurangan Dalam Bisnis

Saya merasa bahwa kecurangan dalam dunia bisnis merupakan suatu hal yang mungkin akan terjadi dengan merujuk pada istilah “fraud triangle.” Segitiga Kecurangan (fraud triangle) adalah konsep dalam bidang keuangan dan audit yang menggambarkan tiga faktor utama yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya penipuan atau kecurangan dalam suatu organisasi. Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1951 seorang kriminolog dan ahli akuntansi. Ia tertarik untuk mendalami keadaan yang membuat pelaku penggelapan dana untuk melakukan tindakan kecurangan. Salah satu karyanya diungkapkan dalam sebuah buku yang berjudul Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of Embezzlement.

Baca juga artikel lainnya : Memahami Audit, Auditor, dan Auditee: Meningkatkan Akuntabilitas dan Transparansi

Kata “Triangle” atau “Segitiga” digunakan karena proses kecurangan dalam suatu organisasi maupun perusahaan ada 3 tahap yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan. Sedangkan, kata Fraud atau Kecurangan diartikan sebagai tindakan yang melanggar hukum yang bertujuan memperkaya diri atau kelompok sendiri. Biasanya pelaku kecurangan memiliki berbagai motif untuk melakukan penyimpangan. Berdasarkan teori ini, seseorang bisa melakukan kecurangan saat memenuhi 3 tahapan :

https://www.bhinneka.com/blog/fraud-triangle-adalah/

Pressure (Tekanan)

Ini adalah dorongan atau tekanan yang dialami oleh individu yang mendorongnya untuk melakukan tindakan kecurangan. Tekanan ini bisa berupa masalah finansial, tekanan dari atasan atau lingkungan kerja yang tidak kondusif.

Opportunity (Kesempatan)

Kesempatan merujuk pada situasi di mana individu memiliki peluang untuk melakukan tindakan kecurangan tanpa segera terdeteksi. Kurangnya pengendalian internal atau celah dalam proses bisnis dapat menciptakan kesempatan bagi pelaku penipuan.

Rationalization (Rasionalisasi)

Ini adalah proses di mana pelaku kecurangan meyakinkan dirinya sendiri bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan adalah wajar atau dapat dibenarkan. Ini bisa berupa pembenaran moral atau alasan-alasan lain yang membantu pelaku untuk merasa tidak bersalah.

Baca juga artikel terkait froud : 3 Komponen Fraud Triangle dan Penyebab Kecurangan dalam Bisnis

Survei Froud di Indonesia berdasarkan data ACFE (Association  of Certified Froud Examiners)

Di Indonesia sendiri angka froud semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan oleh suatu Lembaga Transparansi Internasional Indonesia (TII). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh ACFE Indonesia Chapter terhadap 239 responden menunjukkan bahwa fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah korupsi dengan persentase 64,4%. Jenis fraud lainnya yaitu penyalahgunaan aset atau kekayaan negara dan perusahaan dengan persentasi 28,9% dan fraud laporan keuangan dengan persentasi 6,7%. Data tersebut diolah pada tahun 2019.

Dalam situasi di mana ketiga elemen ini bersama-sama ada, ada potensi terjadinya kecurangan. Oleh karena itu, dalam mengelola risiko kecurangan, penting untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor-faktor ini. Konsep ini sering digunakan dalam audit dan pengendalian internal untuk mengidentifikasi risiko kecurangan dan membangun strategi pencegahan yang lebih efektif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WordPress Lightbox